Berjabat Tangan
Dari Mu'adz bin Jabal ra, ia berkata bahwa
Rasulullah memegangnya dan berkata, "Hai Mu'adz, demi ALLAH, sungguh aku
mencintaimu. Aku berpesan padamu, jangan sekali-kali kamu meninggalkan membaca
doa, 'Ya ALLAH, tolonglah aku agar aku dapat mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu
dan melakukan ibadah dengan baik', setiap selesai sholat." (HR.Abu Dawud).
Sekilas dapat dilihat, kalimat 'bahwa Rasulullah
memegang tanganku' bisa saja tidak dituliskan dalam hadist tersebut. Namun
nyatanya, sang perawi hadist tetap mencantumnya, karena para sahabat
benar-benar menangkap makna gerakan tersebut dan kaitannya sungguh erat dengan
kalimat sesudahnya, 'Demi ALLAH, sungguh saya mencintaimu'. Kalau dicermati
dengan baik, sabda Rasulullah tersebut "Hai Mu'adz, demi ALLAH, sungguh
saya mencintaimu," maka kita dapat mengetahui bahwa Mu'adz sudah
mendapatkan sesuatu yang sangat diidam-idamkan oleh setiap muslim. Rasulullah
bersabda,"seseorang itu akan bersama orang-orang yang ia cintai kelak".
Aisyah ra, berkata," Zaid bin haritsah datang
ke kota Madinah, sedang Rasulullah berada di rumah saya. Zaid lantas mendatangi
beliau dan mengetuk pintu. Rasulullah bangkit sambil merengkuh pakaiannya.
Setelah itu beliau merangkul dan mencium Zaid." (HR Tirmidzi, ia
berkata,"hadist ini Hasan"
Diriwayatkan dalam hadist yang lain bahwa ada
seorang laki-laki di antara kami bertemu dengan saudara atau temannya, apa ia
harus menunduk (hormat) ?" Rasullullah menjawab, "Tidak." Ia
bertanya,"Apakah ia harus memeluk dan menciumnya ?" Rasul
menjawab,"Tidak." Ia bertanya,"Apakah menjabat tangannya?"
Rasul menjawab,"Ya." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "hadist ini
Hasan")
Terpautnya dua tangan hanya akan dilakukan oleh dua
orang yamg saling mencintai. Tanpa komando dari hati dan pikiran, mustahil
tangan dapat bergerak tuk berjabat tangan.
-Bagaimana Menyentuh Hati; Kiat Memikat Objek Dakwah, Abbas As-Siisiy-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar