Ombaknya dahsyat dan Ba-ku lebih dahsyat. |
Seorang
laki-laki perkasa yang dikirimkan oleh Sang Maha Pencipta, ALLAH ‘Azza wa Jalla
ke tanah pijakan Nabi Adam a.s ini. Seorang laki-laki gagah nan tangguh yang
dipilih ALLAH sebagai orang yang mengazaniku ketika kuhadir di pangkuan dunia
fana ini. Pahlawanku yang selalu hadir
pembelaannya saat diriku diterjang badai kehidupan, buffer (penyanggah)-ku disaat aku melorot dan hampir jatuh
tersungkur, a wise man yang selalu
memberiku mutiara-mutiara yang kubilang lebih indah dan berharga dibandingkan
jutaan mutiara yang tersimpan dalam cangkangnya dan terpendam dalam samudra nan
luas. Ya, dialah ayahku, dialah Ba-ku.
Masih
teringat jelas dalam ingatanku ketika aku masih bersamanya (beberapa tahun
terakhir aku tak bernaung dengannya di bawah satu atap). Kuingat saat matahari
datang menyapa dunia, beliau selalu siap menuju tempat kerjanya (red, kebun dan
tempat pembuatan sagu) yang bersarang di hutan dan baru kembali ketika petang
akan berpamitan pulang. Setiap hari seperti itu, kecuali ada sehari yang beliau
lewatkan tanpa dikelilingi oleh pohon-pohon yang menjulang, tidak dikerumuni sagu,
cengkeh, pala, kakao, pisang dan berbagai tumbuhan lainnya seperti 6 hari
lainnya, melainkan bentangan lautan luas yang ditemuinya. Hal itu lantaran
beliau bersama beberapa awak kapal lainnya harus membelah kesunyian lautan
dengan deru mesin 45, menerjang setiap riak air laut dan arus gelombang sebagai
juru kemudi di KM.Saipul Bahari yang selalu melintasi jalur tak
bergaris dari negeriku ke negeri seberang. Kegiatan itu dilakoninya sekali
dalam seminggu guna mengantarkan orang-orang yang hendak bepergian ke kota.
Semua
itu beliau lakukan dengan penuh semangat. Walau didera hujan, dipapar sinar
sang mentari, bercucuran keringat, bahkan kadang akhirnya terluka, baginya itu
bukan penghalang, bukan tanda wakaf tuk berhenti mencari nafkah dan menghidupi
keluarganya. Dan ketika beliau selesai bekerja, pulang dan kembali ke tempat
bahagia itu bermula (keluarga), beliau masih saja menceritakan peristiwa yang
dihadapi di sana. Walaupun jelas terpampang
keletihan itu diwajahnya. Seakan beliau tak peduli atau bahkan merasa keletihan
itu sendiri tak merasukinya. Kadang, ceritanya menjurus ke hasil kebun yang dituainya,
tentang tanaman yang dirawat dan dipeliharanya tumbuh subur, hewan liar (babi,
rusa dkk) yang memakan dan merusak beberapa tanaman, atau sekedar berceloteh
tentang kelakuan burung yang sering hinggap di pohon pisang yang tengah berbuah
lebat (apa lagi yang dikerja sang burung kalau bukan memakan buah pisang yang
tumbuh segar dan lezat begitu). Sering pula beliau menceritakan bagaimana
gerangan luka dan cedera itu dialaminya. Sedangkan kalau perjuangannya di laut,
biasanya yang sering terdengar dari siulannya (burung kali yah…), pokoknya
ceritanya itu tentang laut dan gelombang yang menghadang, cuaca yang kurang
bersahabat, air laut yang merembes masuk ke dalam kapal. Dan aku sukses
dibuatnya merinding ketika mendengar dan membayangkan alur ceritanya. Khawatir
akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Tetapi, selalu kuberdoa agar beliau
senantiasa dalam cinta dan penjagaan maha dahsyatnya ALLAH SWT. Semoga selalu
kuat dan sehat, Ba. Aamiin...
Itulah
1,2,3 kata yang mewakili semangat, cinta, kerja, jasa dan tanggungjawab yang
tak terhitung dari seorang Ba-ku. Jika aku berkesempatan menulis lebih banyak
lagi, bahkan diberi setiap helai daun dari pohon yang tumbuh di bumi ALLAH ini
sebagai kertas dan lautan sebagai tintanya, aku takkan mampu merangkai setiap
kepingan perjuangan Ba-ku yang sungguh luar biasa. (Hehehe, lebay ya ???). Intinya,
semua yang diberikan Ba-ku tidak bisa kuequivalenkan dengan apapun yang ada di
dunia ini. “Aku bangga memilikimu sebagai Ba-ku”.
Hingga
saat ini dan sampai kapanpun, tak akan kulupa jasa-jasa Ba-ku. Tak mungkin
hilang dari pikiranku akan campur tangannya dalam hidupku. Terlalu tertaut
lekat dalam hati dan pikiran. Dan hingga saat ini pula, apapun yang aku lakukan
untuk membalas jasanya takkan sebanding dengan semua pengorbanannya, semua
cinta dan perjuangannya yang tak sependek sapaannya. Tapi, sebagai anak yang
sangat yang ingin dan memang harus berbirul walidain, aku janji akan berusaha melakukan yang
terbaik untuknya, berusaha mematuhi apa
yang diperintahkannya (ya, selama itu tidak melawan perintahnya ALLAH Ta’ala) dan
Insya ALLAH suatu saat akan kubuat dia menyunggingkan senyum terindah yang
pernah berlabuh di raut wajahnya yang semakin dimakan usia. Ya, membuatnya bahagia.
Aamiin ya Rabb…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar